top
down

SHAUM RAMADHAN, SUGUHAN LANGIT DI BUMI FANA-1

Diposting oleh Tarbiyatun Nisaa - Senin, 14 Mei 2018, 14.46 Kategori: - Komentar: 1 komentar

Shaum Melangitkan Bumi,
Membumikan Langit

Kita bukan manusia yang mengalami pengalaman spiritual. 
Kita adalah makhluk spiritual  
yang mengalami pengalaman manusia. 
Teilhard de Chardin

Sahabat Mu’adz bin Jabbal r.a. berkata, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Ya Mu’adz, maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Ingin sekali ya Rasul, jawabku. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Shaum (Puasa) adalah penangkal siksa neraka, sedangkan shodaqoh dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat mematikan api.” (HR. Tirmidzi)

Sahabat Abu Hurairoh r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Allah azza wa jalla telah berfirman, seluruh amal manusia adalah miliknya, kecuali shaum (puasa). Puasa adalah milik-Ku, dan aku yang akan memberinya balasan khusus. Puasa adalah perisai neraka. Apabila salah seorang diantara kalian sedang berpuasa, maka janganlah berbicara kotor dan keji. Apabila ada seseorang yang mencaci atau mengajak berkelahi, maka katakanlah: “Aku sedang berpuasa.” Demi Dzat yang diri Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, bau mulut orang puasa, lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak wangi. Bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, yaitu saat berbuka dan saat bertemu dengan Allah SWT Tuhannya. (HR Bukhory dan Muslim).

Respons dan Apresiasi
Kesan apa yang didapatkan setiap bulan Ramadhan tiba? Mengapa ia selalu hadir di setiap tahun? Ada apa sebenarnya di balik Ramadhan ini? Kalau memang ia berkaitan dengan pembinaan keshalehan diri, adakah agenda atau program peningkatan dan pengembangan kualitas keimanan dan ketakwaan diri yang bisa dilakukan selama Ramadhan? Adakah target yang ingin dicapai selama bulan Ramadhan? Ataukah sama sekali “blank” alias tidak punya agenda apapun? Bahagiakah atau merasa tersiksakah?

Ramadhan, tidak dapat dipungkiri, kehadirannya diapresiasi dengan ragam respons, persepsi dan apresiasi kaum muslimin dalam mensikapinya. Ada sebagian orang muslim, yang berbahagia penuh suka cita dalam menyambut dan menjalankannya. Senandung puji dan rasa syukur, mereka panjatkan, sebagai ungkapan rasa bahagia tiada terkira, karena mereka masih diberikan kesempatan untuk mereguk, menghirup dan menikmati kembali indahnya bulan suci Ramadhan. Inilah kelompok kaum muslimin maksimalis, yang telah banyak mendapatkan hikmah, keutamaan, keindahan dan pesona Ramadhan. Pertanda, bahwa kadar dan kualitas keimanan mereka sudah terbentuk dan tertanam kuat.

Namun tak sedikit pula, sebagian kaum muslimin yang merasa tersiksa dan setengah terpaksa menyambut dan menjalankannya. Uh, puasa lagi, puasa lagi. Cepat sekali datangnya puasa ini! Itulah ungkapan tanpa sadar, yang keluar dari mulut mereka, sebagai ekspresi ketidak ikhlasan dan ketidak ridloan datangnya bulan suci Ramadhan. Inilah kelompok kaum muslimin minimalis, yang beranggapan bahwa kehadiran bulan suci Ramadhan, hanyalah belenggu dan siksaan. Mereka sama sekali tidak mendapatkan apapun dari setiap hadirnya bulan Ramadhan. Sebagai pertanda, bahwa kadar dan kualitas keimanan mereka belum terbentuk dan tertanam kuat. Mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kurangnya pengetahuan dan keilmuan tentang Ramadhan khususnya dan ajaran Islam pada umumnya, terlalu sibuk dan terikat dengan kesenangan dan kenikmatan duniawi, atau memang hidupnya tidak memiliki arah dan tujuan dan lain sebagainya.

Yang perlu dipertanyakan sekarang adalah, di kelompok manakah keberadaan kita, saat menyambut bulan suci Ramadhan ini? Apakah termasuk kelompok pertama ataukah masuk katagori kelompok kedua? Jika anda berada di kelompok pertama, berbahagia dan beryukurlah, pertanda rahmat, taufik, hidayat dan barakah Allah SWT telah masuk, mengalir, menyelusup dan bersemi di seluruh sel-sel syaraf, hati, fikiran, jiwa, perasaan dan seluruh metabolisme ragawi dan ruhani anda. Sebaliknya, bila anda masih termasuk katagori kedua, hati-hati dan waspadalah! Pertanda, masih jauhnya rahmat, taufik dan hidayat Allah SWT, sehingga barakah dan kebahagiaan tidak pernah muncul di hati dan seluruh kehidupan anda.

Apakah yang harus dilakukan, agar kita terhindar dan tidak termasuk kelompok kedua ini? Tiada lain tiada bukan, kita harus belajar dan berusaha mendapatkan pengetahuan, wawasan, hikmat dan pesona Ramadhan melalui kegiatan “ngelmu”, ngaji, membaca dan bergaul dengan orang-orang sholeh dan berilmu, yang dianggap bisa memberikan pencerahan dan cahaya hidup kepada Anda. Di mana dan kapan saja, asal ada kemauan dan usaha, pasti anda akan menemukannya. Salah satunya termasuk, menyimak dan menelaah makalah sederhana ini. Mudah-mudahan sedikit banyak membantu membuka hati, jiwa, perasaan dan nurani Anda, tentang dahsyat dan luar biasanya makna dan nilai ibadah Shaum Ramadhan yang akan kita jalankan ini. Semoga ...

Ramadhan Bulan Pelatihan Diri (Self Training)
Ibadah puasa (shaum) merupakan salah satu rukun Islam, yang dianggap sebagai bagian dari proses pembinaan ruhani, spiritual dan keimanan seorang muslim, agar kadar dan kualitas keimanan ketakwaannya kepada Allah SWT, senantiasa terus menerus meningkat. Karena ia sebagai pembinaan, maka kehadiran dan kegiatannya akan terus senantiasa berulang setiap setahun sekali.

Di samping, shalat, syahadat, zakat dan haji, ibadah shaum (puasa) merupakan ibadah badaniyah sekaligus ruhaniyah, namun ibadah ini memiliki keistimewaan dibanding ibadah-ibadah yang lainnya. Dalam beberapa hadis qudsi dikatakan, setiap amal kebaikan akan dibalas Allah SWT sepuluh kali lipat, kecuali ibadah puasa. Ia hanyalah milikku, dan terserah kepadaku untuk membalasnya sesukaku. Inilah kelebihan bulan dan ibadah puasa Ramadhan dibanding ibadah-ibadah yang lainnya. Mengapa ibadah puasa ini memiliki keistimewaan dibanding ibadah-ibadah yang lainnya? Apa fungsi-fungsi yang dimiliki oleh ibadah puasa ini? Itulah barangkali ragam pertanyaan yang mungkin diajukan oleh orang yang merasa penasaran dengan keistimewaan yang ada di bulan puasa ini.

Di bawah ini akan diuraikan secara ringkas, beragam kelebihan ibadah shaum (puasa) dalam berbagai dimensi persepsi dan penafsiran. Yang satu dengan lainnya, memiliki keterkaitan dan jalinan yang sangat erat tidak bisa dipisah-pisahkan, antara lain dalam berbagai aspek sebagai berikut :

1. Aspek Religius Spiritual
2. Aspek Fisik Biologis
3. Aspek Psikologis
4. Aspek Sosiologis dan humanis
5. Aspek Ekonomis dan Ekologis
6. dan lain-lain

Aspek Religius Spiritual
Apa manfaat dan fungsi puasa bagi keagamaan dan kespiritualan seseorang? Apakah benar bahwa puasa bisa meningkatkan kualitas ruhani seseorang? Apakah benar puasa bisa menjadikan seseorang lebih sholeh dan selalu ingin berbuat baik? Mengapa kesholehan itu hanya terlihat di bulan Ramadhan saja, sementara 11 bulan kemudian, tidak berkembang? Mengapa hal itu bisa terjadi? Itulah barangkali ragam pertanyaan yang mungkin timbul sebagai respons terhadap fungsi shaum terhadap aspek ruhani/spiritual seseorang. Kenapa masih banyak orang Islam, yang tidak mau dan taat melaksanakan ibadah puasa ini? Apakah ibadah shaum ini begitu memberatkan, sehingga banyak orang muslim yang tidak kuat menjalankannya? Perintah ibadah puasa ini sangat berkaitan erat dengan keimanan. Ayat yang sudah dikenal umum tentang puasa adalah Qs. 2 (Al Baqoroh: 183) : “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian ibadah puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang bertakwa”

Bila memperhatikan ayat di atas, ada beberapa penjelasan yang bisa kita tangkap, yaitu : Pertama, jelas sekali, ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang meyakini sepenuh hati tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT. Sehingga, tidak ada keberatan bagi mereka untuk melaksanakan ibadah shaum ini, karena mereka sudah meyakini dan mempercayai, bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT pasti ada manfaaat dan hikmat yang terkandung di dalamnya. Kedua, ibadah shaum (puasa) merupakan ibadah primitif turun temurun. Artinya tidak hanya untuk umat nabi Muhammad SAW saja, namun umat-umat nabi lain sebelumnyapun mendapatkan perintah yang sama. Ketiga, puasa bertujuan untuk membentuk dan melahirkan ketakwaan. Apa itu takwa? Secara sederhana, istilah takwa bisa diartikan kondisi mental ruhani spiritual seseorang yang terikat dan terkait dengan kesadaran akan asal muasal jati dirinya. Darimana ia berasal, untuk apa ia diciptakan dan hendak ke mana muara akhir kehidupannya. Istilah lain yang lebih sederhana, TAKWA bisa diartikan manajemen hidup berbasis Allah.

Apa saja fungsi ibadah puasa bagi kehidupan ruhani, religius atau spiritual seseorang? Di bawah ini akan diuraikan secara ringkas, berdasarkan pengalaman dan interpretasi pribadi tentang ibadah puasa yang dijalani, diantaranya adalah :

1. Reposisi Restrukturisasi Alam Ruhani dalam Diri. 
Dalam diri manusia sebenarnya ada elemen-elemen langit atau yang disebut dengan aspek ruhani. Dengan ibadah puasa, elemen ruhani ini dibangkitkan dan disuburkan kembali. Bahwa manusia ini sebenarnya adalah makhluk langit, makhluk surga, makhluk ruhani, yang bertanggung jawab atas perjanjian ruhaninya pada saat diciptakan, bahwa ia hanya mengakui Allah SWT sebagai Tuhan yang harus diabdi dan disembah. Dengan ibadah puasa, maka jiwa dan diri manusia disadarkan kembali, bahwa elemen penting dalam diri manusia yang memiliki keterkaitan dengan Allah SWT adalah aspek ruhani atau spiritualnya. Sehingga manusia kembali sadar dan tahu diri, dari mana dan hendak kemana ia akan pergi dan kembali. Ketika kesadaran ini tumbuh subur dan berkembang dalam diri manusia, maka ia akan memancarkan nilai-nilai baik dari dalam dirinya, dan akan memberikan manfaat kepada manusia lain yang ada di sekitarnya. Dengan tidak makan, minum dan bergaul suami isteri di siang hari, serta meninggalkan segala hal yang bersifat bumi, ternyata manusia bisa dan kuasa. Ia bisa menempatkan aspek duniawi benar-benar di bawah pijakan ruhani spiritualnya, dan ternyata ia bisa membebaskan diri dari ketergantungan terhadap bumi yang bersifat duniawi.

2. Ketakwaan Manusia bisa melebihi Malaikat. 
Apa yang menyebabkan malaikat disuruh sujud kepada Adam? Tiada lain tiada bukan, adalah kelebihan manusia dibanding malaikat adalah ilmu dan kemampuan mengembangkan dirinya menjadi manusia ruhani, padahal ia terikat kuat dengan elemen bumi. Sedangkan malaikat hanya tercipta dari cahaya, yang dibuat hanya untuk taat dan mengabdi pada Allah. Namun manusia tercipta dari dua unsur yang saling dorong mendorong dan mempengaruhi, yaitu ruhani yang berdimensi langit, nafsu yang berdimensi bumi. Ketika manusia mampu membebaskan dirinya dari ketergantungan kepada bumi, dan hanya satu yang ia munculkan yaitu ketinggian ruhani langit, maka itulah kualitas dan prestasi manusia, sehingga malaikat disuruh sujud hormat kepada manusia. Salah satu media yang bisa menjadikan manusia bisa melebihi malaikat adalah ibadah puasa.

3. Menjadikan dan Menghadirkan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan. 

Dengan ibadah puasa, maka jiwa dan ruhani manusia direstrukturisasi dan direkonstruksi kembali, bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya. Manusia tidak memiliki apapun, semuanya berasal dari Allah SWT, tubuh kasar yang kita gunakan, hati, batin dan akal fikiran yang kita manfaatkan, semuanya berasal dariNya. Manusia tak memiliki sedikitpun, semuanya adalah pemberian dari Nya. Manusia hanya diberikan hak guna pakai dan pemeliharaan. Suatu saat, semua yang kita miliki akan dikembalikan lagi kepada sang pemiliknya, yaitu Allah SWT. Inilah tujuan dari pelaksanaan ibadah puasa, yaitu mengembalikan kesadaran dan kesejatian diri manusia, bahwa semua berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya, dan di akhirat nanti, manusia akan dituntut dan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT atas segala karunia, anugerah dan berbagai nikmat yang telah diberikan kepadanya. Oleh karenanya, tak pantas dan alangkah bodohnya manusia yang takabbur, sombong, adigung adiguna, menganggap bahwa apa yang ada pada dirinya adalah miliknya, kekayaan, kekuasaan, kehebatan, kepopuleran dan ragam assesories duniawiyah adalah kepunyaannya. Alangkah kasihan dan terhinanya manusia seperti itu. Karena sebenarnya, itu semua adalah titipan Allah SWT sang Pemilik Sejati kehidupan, dan semua akan dikembalikan kepadaNya, suka ataupun terpaksa, pasti akan kembali menuju kepadaNya. Inilah kesejatian Tauhid, Akidah dan Keyakinan kepada Allah SWT.
Bersambung....
Menjelang dan selama bulan Ramadhan 1438 H, YAYASAN WAKAF TARBIYATUN NISAA BOGOR, siap  kembali menampung, menghimpun dan menyalurkan INFAQ, SHADAQOH, ZAKAT, WAKAF Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Pemberian bisa dilakukan dengan cara: 
a. Transfer melalui rekening bank
b. Transfer melalui Pos Wesel
c. Diberikan langsung ke tempat kami
d. Atau petugas kami yang menghubungi
Teriring doa dari kami, mudah-mudahan kita masih diberikan keesempatan melaksanakan Ibadah Shaum Ramadhan, dalam keadaan sehat walafiyat, aman, tenang dan nyaman.  Dan semoga bentuk kebaikan yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, akan menambah keberkahan nilai ibadah Shaum Ramadhan yang dijalankan, dan mendapat balasan Allah SWT dalam bentuk kemudahan, kemurahan dan keberlimpahan. Amin Ya Rabbal 'Alamin....

1 komentar:

  1. Marhaban Ya Ramadhan, moga kami benar2 bisa menjalankannya dengan ikhlas dan khusyu'...

    BalasHapus