top
down

SEHARUSNYA, SEKOLAH ITU MENCERDASKAN

Diposting oleh Tarbiyatun Nisaa - Senin, 11 Juni 2012, 21.03 Kategori: - Komentar: 2 komentar

SETIAP ORANG ADALAH UNIK
Alkisah, tersebutlah nun di sebuah hutan belantara, terdapat sebuah sekolah para binatang yang dibuat oleh manusia. Status sekolah itupun disamakan sama persis dengan sekolah manusia. Maka berbondong-bondonglah para binatang masuk sekolah tersebut, dengan harapan akan memiliki keunggulan dan kehebatan dibanding binatang-binatang lain yang ada di hutan tersebut. Diantaranya adalah burung Elang, Tupai, Rusa, Katak dan Bebek. Sekolah itu menetapkan 5 pelajaran yang harus dikuasai oleh para binatang, yaitu terbang, berenang, memanjat, berlari dan menyelam. Agar bisa lulus dan mendapatkan ijazah, maka para binatang harus mendapatkan nilai minimal 8 untuk masing-masing kelima pelajaran tersebut.Masing-masing binatang tersebut, secara alami sebenarnya telah memiliki keunggulan yang berbeda.
Tersebutlah elang, ia adalah seekor binatang yang memiliki keunggulan dalam pelajaran terbang. Ia bisa terbang di angkasa, melayang dan meliuk-liuk indah, menukik, menyambar bahkan hinggap di dahan pohon yang paling tinggi sekalipun. Tupai adalah binatang yang paling unggul dalam pelajaran memanjat. Bahkan bisa melompat dari satu pohon ke pohon yang lain tanpa terjatuh. Rusa adalah binatang yang unggul dalam pelajaran berlari, disamping larinya cepat juga indah dan menawan.
Katak adalah binatang yang memiliki keunggulan dalam menyelam. Ia bisa menyelam dari ujung yang satu ke ujung yang lain di danau yang terdapat dalam hutan itu. Dan terakhir adalah bebek. Ia binatang yang memiliki kekhasan, keunggulan dan keindahan dalam berenang. Ia bisa mengarungi danau dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya.

Namun di sinilah awal kekacauan dan petaka terjadi. Ternyata, kurikulum yang dibuat oleh manusia tersebut, tidak semuanya bisa dikuasai oleh para binatang, bahkan walaupun mereka terus menerus berlatih tidak kenal letih, terus mencoba tidak kenal putus asa dan bekerja keras untuk bisa bisa lulus pada pelajaran tersebut. Belajar  dari mulai pagi sampai petang hari. Walhasil, apa yang dialami oleh burung Elang. Sayapnya patah, bulu-bulunya rontok dan kakinya lecet-lecet, saat ia belajar berlari. Paru-parunya rusak dipenuhi air saat ia belajar menyelam dan berenang. Demikian pula dengan binatang rusa, kakinya patah dan dipenuhi memar-memar saat berusaha belajar memanjat dan terbang. Paru-parunya menjadi rusak dipenuhi air saat belajar berenang dan menyelam. Lain pula yang dialami oleh tupai. Seluruhnya badannya memar-memar dan lebam-lebam saat belajar terbang, karena sering jatuh. Apalagi pada saat belajar berenang dan menyelam, nasibnya sama seperti yang dialami elang dan rusa. Tak jauh beda dengan nasib yang dialami bebek. Kakinya terkilir dan lecet-lecet saat belajar berlari, dan sering ditertawakan oleh binatang yang lain karena lucunya saat ia berlari. Sayap dan kakinyapun patah-patah saat ia belajar memanjat, karena sering terjatuh. Dan tak kalah menyedihkan yang dialami oleh katak. Kedua kakinya lecet-lecet saat belajar berlari. Badannya dipenuhi luka memar dan lebam-lebam biru, karena sering terjatuh saat belajar memanjat dan terbang.

Pada akhirnya, ternyata tidak ada satupun yang lulus dari sekolah tersebut. Bahkan yang paling memilukan lagi, setelah sekian lama belajar, mereka menjadi lupa terhadap keunggulan awal yang mereka miliki sebelumnya. Elang dan rusa tidak bisa lagi terbang dan berlari seperti biasanya, karena paru-parunya rusak dan badannya lecet-lecet. Tupai tidak bisa memanjat dan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, karena sekujur tubuhnya dipenuhi luka. Demikian pula bebek dan katak, keduanya tidak bisa berenang dan menyelam lagi, karena kaki dan seluruh tubuhnya dipenuhi memar dan luka-luka. Dan yang lebih tragis lagi, ternyata satu persatu binatang itupun mati kelaparan, karena tidak bisa mencari makan sesuai dengan kelebihan dan keunggulan alami yang dimilikinya.

'Ibroh 'Indal Qishoh....
Ilustrasi di atas, menggambarkan kepada kita bahwa pada hakikatnya setiap manusia diberikan potensi keunggulan, kekhasan dan bakatnya masing-masing, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Howard Gardner, ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu: Kecerdasan visual/spasial, logis matematis, musikalitas, verbal linguistik, kinestetis, dan kecerdasan intra dan interpersonal. Namun pada kenyataannya, potensi kehebatan dan keluar biasaan manusia itu menjadi sirna dan lenyap satu persatu karena kurilum dan sistem pembelajaran yang dibuat oleh manusia sendiri. Kepintaran dan kecerdasan mereka hanya sebatas untuk menjawab dan mengisi soal-soal ujian tertulis di akhir tahun.

Sementara keunggulan dan potensi dahsyat mereka tidak tumbuh dan berkembang. Maka wajarlah, dunia sekarang semakin sedikit dan jarang sekali bisa melahirkan anak-anak yang jenius pada bidang-bidang tertentu. Bahkan yang dihasilkan sistem pendidikan sekarang ternyata justru melahirkan anak-anak yang bingung, bengong, gamang dan tidak tahu harus berbuat apa dengan diri dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Bahkan lebih radikal lagi, ternyata sekolah yang ada sekarang tanpa disadari sedikit banyak telah mencerabut anak dari akar budaya dan tanahnya sendiri. Bagaimana dengan sistem belajar di sekolah kita? Mencerah mencerdaskan ataukah mematikan?.
Sumber: Catatan Preggie S. Radio Smart FM Jakarta

2 komentar:

  1. Kenyataan menunjukkan, beban pelajaran dalam sistem pendidikan kita terlalu banyak dan tidak jelas apa tujuan dan fungsinya. Sehingga banyak anak didik kita yang kehilangan arah, hendak kemana, mau apa dan bisa berbuat apa bagi masa depannya....

    BalasHapus
  2. kunjungan gan .,.
    saat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
    dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

    BalasHapus