Seorang anak kecil, berkulit hitam terbakar, dekil tak tersentuh air, dengan wajah ketakutan berlari bersama teman-temannya, menyelamatkan diri. Sementara di belakang mereka, serombongan Pol PP dengan wajah beringas tak bersahabat, sambil mengacung-acungkan pentungan karet, mengejar mereka di perempatan Lampu Merah Jl. Yasmin Bogor. Peristiwa itu, bukan pertama kali terjadi. Kadang mereka tertangkap atau lepas berlenggang bebas. Ternyata mereka, adalah komunitas anak-anak pengamen jalanan, yang mengais-ngais rizki buat sekedar makan, bahkan sebagiannya, jadi andalan menjumput rizki dari belas kasih orang, sekedar menyambung hidup bagi keluarganya. Salah satu dari mereka bernama Rohendi. Ibunya telah lama menjanda. Pekerjaan hariannya, berjualan makanan ringan dan menjajakannya dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Ia kini menjadi salah satu siswa beruntung yang bisa belajar sekaligus mondok di SMP Yatim & Dhu'afa di Tarbiyatun Nisaa Bogor. Setiap hari, ia bisa belajar dengan tenang, badannyapun mulai terlihat bersih dan selalu berpakaian rapih. Ibunyapun tak pusing memikirkan biaya, karena semuanya dibebaskan tak sedikitpun yang dibebankan.
Seorang anak perempuan, sepulang dari sekolah, segera saja berkemas berganti pakaian. Tak lama berselang, iapun keluar bersama ibunya sambil membawa kored dan sabit tua yang sudah berkarat usang. Berjalan di atas pematang sawah menuju petak kebun sayur-sayuran. Sigap keduanyapun bekerja, membersihkan rumput dan ilalang serta gulma-gulma yang tak diundang. Menjelang senja, barulah merekapun pulang, dengan membawa sekedar uang upah pemberian dari sang pemilik kebun sayur-sayuran. Nurasyidiah, itulah nama anak perempuan tersebut. Ibunya telah lama menjanda, dan hanya menjadi kuli lepas bersama petani gurem lainnya, kadang bekerja ikut menanam padi, memanen sayur-sayuran atau sekedar membersihkan kebun orang. Nurasyidiah, iapun kini menjadi salah satu siswi beruntung bisa belajar di SMP Yatim & Dhu'afa Tarbiyatun Nisaa Bogor.
Setengah tahun sudah, bersama-sama sebelas teman-teman yang lainnya, yang nasibnyapun tak jauh berbeda, mereka kini telah bermukim dan belajar di SMP Boarding School Tarbiyatun Nisaa Bogor. Makan 3x sehari, berseragam 4 jenis, tas, buku dan peralatan sekolah lainnya diberikan secara cuma-cuma tanpa sedikitpun biaya untuk mengganti. Darimana sebenarnya sumber pembiayaan SMP ini? Adakah anggaran khusus Yayasan? Ternyata, sistem pendanaan yang dilakukan oleh pengurus Yayasan selama ini melalui berbagai cara, antara lain:
- Melalui subsidi silang dari guru TK dan SD sebesar 10% dari honornya
- Orangtua asuh
- Dana BOS
- Infaq/shadaqoh dari pengurus, para donatur dan simpatisan
Sangat menggugah, sobat..
BalasHapus