top
down

SESALPUN TIADA GUNA

Diposting oleh Tarbiyatun Nisaa - Sabtu, 14 April 2012, 03.42 Kategori: - Komentar: 2 komentar

" ...papa baca keras-keras ya pa, supaya Adeline bisa denger..."
Pada suatu malam Romi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham.
Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, putrinya Adeline datang mendekatinya, berdiri tepat di sampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Adeline, " Pa liat!”Adeline berusaha menarik perhatian ayahnya.
Romi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca matanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi.
" Wah, buku baru ya Aline?"
" Ya papa...”Adeline berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. " Bacain Aline dong pa...”pinta Adeline lembut..
" Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh...” sanggah Romi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan di depannya, dengan serius.  Adeline bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu, " Pa, mama bilang papa mau baca untuk Aline..."
Romi mulai agak kesal, " Aline papa sibuk, sekarang Aline suruh mama baca ya"
" Pa, mama cibuuuk, sini deh pah,  liat gambarnya lucu-lucu lho....”
" Lain kali Adeline, sana! Papa lagi banyak kerjaan...” Romi kembali berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Adeline menarik nafas panjang dan tetap di situ, berdiri di tempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi.
" Pa.. gambarnya bagus, papa pasti suka”
" Adeline, PAPA BILANG, LAIN KALI!!!”kata Romi membentaknya dengan keras, kali ini Romi berhasil, semangat Adeline kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya " Iya pa, lain kali ya pa?"
Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah. " Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Adeline bisa denger..."
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Adeline kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya.
Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras, " Buuukkkk!" , beberapa tetangga melaporkan dengan histeris, bahwa Adeline kecil terserempet kendaraan seorang pemuda mabok yang melajukan kendaraannya dengan kencang di depan rumah Romi.
Tubuh Adeline mungil terhentak beberapa meter. Dalam keadaan yang sangat panik, segera dilarikan ke rumah sakit, selama perjalanan menuju rumah sakit, Adeline kecil sempat berkata dengan sangat lirih " Aline takut pa, Aline takut ma, Aline sayang papa mama” darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong sesampainya di rumah sakit terdekat.
Kejadian hari itu sangat mengguncangkan hati nurani Romi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana... pun tidak terpenuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan Romi, tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali.
" ...papa baca keras-keras ya pa, supaya Adeline bisa denger...” kata-kata Aline terngiang-ngiang kembali.
Sore itu setelah segalanya berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Adeline kecil tidak akan terdengar lagi. Romi mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Adeline di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Adeline kecil.
Romi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan walau dengan suara serak, mencoba membacanya dengan keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, ia terus membacanya dengan keras-keras, halaman demi halaman, dengan berlinang air mata.
" Aline dengar papa baca ya nak..."
Selang beberapa kata... hatinya memohon lagi " Aline papa mohon ampun nak..."
" Papa sayang Aline” Seakan setiap kata dalam bacaan itu, selalu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan sesal dan sedih tiada tara, Romi bersujud dan menangis.. memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai dan menyayangi Aline, buah hati satu-satunya.
'Ibroh 'Indal Qishoh......
Penyesalan sering datang kemudian. Ketika semuanya sudah berlalu, rasa sesalpun tiada berguna lagi. Berilah " PERHATIAN TERBAIK” bagi mereka yang kita cintai walaupun itu hanya sebentar saja. Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu amatlah berharga. Lihatlah, tatapan polos manja dan canda ria anak-anak kita. Lihatlah, sorot mata orangtua kita, yang ingin dilayani dan diberi perhatian cinta. Lakukan sekarang, jangan ditunda-tunda dengan ragam alasan. Karena, hanya ada satu kesempatan di sini dan saat ini untuk memperhatikan orang-orang yang kita cintai sepenuh hati, mumpung mereka masih ada bersama kita.
Sumber: motivasi online

2 komentar:

  1. Kisah yang mengharukan, membuatku ingat beberapa janji yang kutunda!

    BalasHapus
  2. Terima kasih sobat, berbagi cinta, kasih dan peduli, selagi mereka bersama kita, begitu indah dan menambah eratnya kasih sayang diantara kita.

    BalasHapus