Mendidik tidak bisa mendadak
dan Mendadak bukanlah mendidik
- Bunca Ucu Sulastri, Kepala RA/TKQ Tarbiyatun Nisaa Bogor-
KEMANAKAH PUTERA PUTERI KITA HARUS SEKOLAH
MENJELANG akhir tahun ajaran dan memasuki tahun ajaran baru, sudah menjadi pemandangan yang rutin, para orangtua disibukkan oleh persiapan putera-puterinya menghadapi UASBN serta kesibukan memasukkan ke jenjang sekolah lanjutan, dari mulai tingkat SD, SMP, SMA, bahkan ke perguruan tinggi. Rasa was-was, khawatir dan “deg-degan”, terkadang menyelimuti perasaan orangtua, saat anaknya menghadapi UASBN.
dan Mendadak bukanlah mendidik
- Bunca Ucu Sulastri, Kepala RA/TKQ Tarbiyatun Nisaa Bogor-
KEMANAKAH PUTERA PUTERI KITA HARUS SEKOLAH
MENJELANG akhir tahun ajaran dan memasuki tahun ajaran baru, sudah menjadi pemandangan yang rutin, para orangtua disibukkan oleh persiapan putera-puterinya menghadapi UASBN serta kesibukan memasukkan ke jenjang sekolah lanjutan, dari mulai tingkat SD, SMP, SMA, bahkan ke perguruan tinggi. Rasa was-was, khawatir dan “deg-degan”, terkadang menyelimuti perasaan orangtua, saat anaknya menghadapi UASBN.
Takut nilainya kurang, serta tak terlalu yakin dengan yang diberikan sekolah, apalagi yang gratisan, hingga tak sedikit yang dimasukkan ke BIMBEL (Bimbingan Belajar). Maka BIMBEL-pun menjadi tumbuh subur di mana-mana, dari kelas elit pusat kota sampai kelas alit pinggir desa. Dari hitungan transaksi bulanan, mingguan, harian bahkan jam-jamanpun tersedia. Pilihan begitu terbuka. Sebuah lahan bisnis jasa cukup “menggiurkan” yang berkembang pesat akhir-akhir ini.
Ragam dan Jenis Sekolah
Ternyata, kesibukan para orangtuapun belum berakhir, setelah hasil UASBN didapat, merekapun hunting (berburu) sekolah ke berbagai tempat, baik yang ke negeri maupun swasta. Semua dilakukan demi masa depan terbaik putera-puteri tercinta. Disamping sekolah negeri yang sudah lama dan baru ada, baik yang berstandar lokal regional, nasional maupun internasional, jenis-jenis sekolah swastapun kini muncul beraneka warna. Lengkap dengan segala tawaran keunggulan program dan fasilitas sarana, dengan berbagai sebutan dan istilah nama:
- Home Schooling (sekolah rumahan), biasanya berkembang di daerah perumahan dan lingkungan elit tertentu. Munculnya jenis sekolah ini, cermin dari sebagian masyarakat terdidik, yang tidak terlalu percaya lagi kepada lembaga sekolah. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah tanpa harus ke sekolah. Katagorinyapun kini mulai berkembang, individu, group dan komunitas. Suasana belajar lebih fleksibel, tidak terlalu banyak materi pelajaran, tidak ada seragam, bebas menentukan pelajaran, tidak terlalu banyak beban keuangan dan kalau mau ujian kelulusan, cukup diikutsertakan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) terdekat.
- School of Universe (sekolah alam), yang sebenarnya adalah sekolah bernuansa kebun (Garden School). Landscap sekolah persis seperti kebun wisata, tempat belajar dibuat terbuka, antara sekolah dan lingkungan alam menyatu tak terpisahkan, tidak terlalu membutuhkan gedung bangunan formal, sekitar sekolah hijau, asri dan rindang, dipenuhi jenis pepohonan dan tanaman, sarana outbondpun lengkap disediakan. Anak dan guru memakai baju bebas, tidak ada penyeragaman.
- Boarding School (Sekolah diasramakan), istilah jadulnya pesantren, atau Kobong College. 24 jam anak tinggal di lingkungan sekolah yang diasramakan, berikut dengan program khusus yang diterapkan. Ada yang dikelola oleh orang/lembaga dalam negeri sendiri, ada juga orang/lembaga asing luar negeri yang ikut meramaikan.
- Sekolah Berstandar Nasional (SBN), mulai diberlakukan di sebagian sekolah-sekolah negeri maupun swasta, dari mulai SD, SMP dan SMA. Konsepnya full day school, anak belajar mulai pukul 7 pagi sampai pukul 4 sore.
- Sekolah Berstandar Internasional (SBI). Konsepnya full day school. Ciri utamanya, kegiatan belajar mengajar menggunakan pengantar Bahasa Inggris ditambah sistem e-learning berbasis internet. Bahasa Arab? Tidak terlalu diutamakan. Keluaran dari sekolah ini, diharapkan para muridnya lancar berbahasa inggris.
- bahkan ada yang tidak berbentuk sekolah, yaitu PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dengan program pembelajaran berbentuk PAKET: A (tingkat SD), B (tingkat SMP) dan C (tingkat SMA). Lebih longgar, murah dan fleksibel
- serta bentuk-bentuk sekolah lainnya.
Tentu saja masing-masing, ada kelebihan dan kekurangan. Pilihan begitu terbuka bagi para orangtua, tergantung cita rasa, minat, hasrat, idealisme dan kondisi keuangan. Ada yang bernominal ratusan ribu bahkan jutaan perbulan. Dari yang menggunakan transaksi Rupiah sampai Dollar. Bagi yang ingin gratisan tanpa beban keuanganpun, kini sudah tersedia di mana-mana SEKOLAH GRATIS, karena pemerintah telah membebaskan biaya pendidikan, khususnya untuk sekolah negeri, mulai tingkat SD, SMP bahkan konon sampai tingkat SMA.
Sekolah Unggulan
Kini, di wilayah sekolah swastapun, muncul pula istilah sekolah unggulan dan terpadu. Dari mulai tingkat TK, SD, SMP sampai SMA. Untuk mengetahui, apakah sebuah sekolah benar-benar unggulan dan terpadu, perlu diajukan analisa dan pertanyaan kritis. Apakah ciri-ciri keunggulan dan keterpaduannya? Bagaimana dengan hasil akhir (output) keluarannya? Bagaimana bentuk kegiatan pembelajaran hariannya? Bagaimana akhlak atau karakter siswa/siswinya? Adakah keterkaitannya dengan aspek lingkungan sekitarnya? Dan ragam pertanyaan kritis lainnya. Untuk disebut sebagai sebuah sekolah unggulan dan terpadu, di bawah ini, ada beberapa kriteria yang mungkin bisa membantu penilaian dan pilihan para orangtua, antara lain:
- Unggul dalam Sarana/Fasilitas. Sarana pembelajaran relatif lebih lengkap: Ruang kelas yang memadai, dengan rata-rata siswa 20/kelas. Fasilitas penunjang lainnya: Laboratorium Komputer plus internet, berbasis wifi atau wireless, IPA, Biologi, Bahasa, sarana olah raga (basket, volley ball, badminton, kolam renang, tenis meja, lapangan main bola atau futsal, matras untuk silat, karate atau taekwondo, dll), lahan kebun percobaan siswa, ruang kreatifitas siswa (musik, seni, bengkel, dll), sarana ibadah, hall atau auditorium, sarana outbond dan sebagainya.
- Unggul SDM (Sumber Daya Manusia), termasuk di dalamnya kepala sekolah, guru-guru yang kompeten sesuai dengan bidang studinya, kreatif, dinamis, terbuka, dan ekspresif. Adanya pembinaan dan pelatihan guru yang rutin dan terprogram. Indikator lainnya adalah adanya media kreatifitas bersama siswa dan guru dalam dunia tulis menulis, sebagai ciri paling dasar kreatifitas dunia akademis, bisa berbentuk Buletin Sekolah, Jurnal, koran sekolah, majalah dinding, bahkan blogspot dan website, baik sekolah maupun masing-masing siswa, dan sebagainya.
- Unggul Manejemen. Dikelola secara profesional, berorientasi prestasi dan pengembangan. Termasuk di dalamnya manajemen keuangan yang transfaran, terbuka dan akuntabel, indikasi paling gampang, tidak terlalu banyak pungutan di tengah jalan. Karena semuanya sudah terkonsep rapih dalam RAPBS. Manajemen kepegawaian, kesiswaan/kemuridan, manajemen kurikulum, manajemen lingkungan sekolah (tata ruang hijau, pertamanan, dan beragam bentuk keasrian lingkungan lainnya).
- Unggul dalam proses. Suasana pembelajaran yang menantang dan menyenangkan. Semua aspek ter “kemot” tuntas, kognitif (rasio/penalaran), apektif (rasa/hati/jiwa) dan psikomotorik (keterampilan: olah tangan, badan, kaki dan kebiasaan). Indikator paling kongkritnya murid yang asalnya biasa-biasa saja ketika masuk, menjadi murid yang luar biasa. Asalnya pemalu menjadi berani, tidak pernah baca jadi maniak buku (book-hoolic), tidak kenal Al Qur’an menjadi bacaan akrab harian, buang sampah sembarangan jadi peka kebersihan, cuek tanaman jadi pecinta tanaman, tak kenal shalat jadi ketagihan shalat (wajib (5 waktu), sunnah (duha, tahajud, rawatib dll), cuek ke teman, guru dan orang-orang sekitar jadi orang yang terbuka, akrab, bersahabat dan hormat, tidak punya tujuan, jadi murid penuh semangat bermimpi, bercita-cita dan berkeinginan.
- Unggul dalam Suasana dan Pelayanan. Semua yang ada di lingkungan sekolah memiliki cita rasa dan aroma kuat benilai pendidikan. Siswa/murid terbiasa bersapa salam dan berjabat tangan dengan siapa saja, tanpa malu dan sungkan, kepala sekolah dan guru datang lebih awal menyambut kedatangan para siswa, berwajah ceria, berjajar rapih bersalaman, tak sungkan dan malu memberi contoh membuang sampah dan merapihkan tanaman, memimpin doa di saat makan siang, bercengkrama penuh persahabatan, shalat berjama’ah tak ketinggalan, datang paling awal pulang paling belakangan.
- Peka Kebersihan. Di halaman sekolah tersedia bak sampah: organik (sampah basah, dedaunan dan sisa makanan) dan anorganik (aneka plastik dan bungkus makanan). Di dalam dan luar ruangan kelas, dipercantik dengan aneka pot tanaman. Dinding sekolah dipenuhi karya dan kreatifitas anak serta kata-kata pujian membangkitkan. Kegiatan lomba antar siswa dalam berbagai bidang dan keterampilan dibiasakan: pidato, puisi, olah raga, bercocok tanam, menulis, kebersihan, cerdas cermat, lomba merancang dan menghias majalah dinding antar kelas, dan ragam kreatifitas lainnya, menjadi bagian dari pembelajaran yang diprogramkan.
- Budaya Menulis. Perlu dicatat, salah satu ciri dasar keunggulan sebuah lembaga pendidikan adalah berkembangnya budaya menulis di lingkungan sekolah: dari mulai kepala sekolah, guru dan para siswa. Media ekspresinya bisa berupa majalah dinding, buletin, jurnal atau koran sekolah yang rutin diterbitkan: bulanan, semesteran ataupun tahunan, bahkan sampai blogspot atau website. Budaya menulis, merupakan cermin utama adanya dinamika berfikir. Bila tidak ada budaya menulis, maka masih pantaskah disebut sekolah unggulan atau terpadu?
Tanggungjawab Spiritual
Sebenarnya masih banyak kriteria lain berkaitan dengan nilai keunggulan dan keterpaduan sebuah sekolah. Namun, ciri-ciri di atas, cukuplah mewakili dan menjadi dasar pilihan bagi para orangtua, untuk menyekolahkan putera-puteri tercintanya. Bak pepatah mengatakan, “teliti sebelum membeli”, biar tidak menyesal di akhir nanti.
Namun sebenarnya, diantara berbagai pilihan tersebut, ada prinsip paling penting dan sangat mendasar yang harus jadi pegangan para orangtua, yang mendambakan kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat, yaitu pilihlah sekolah yang benar-benar menanamkan nilai-nilai TAUHID, AKIDAH dan AKHLAK kepada para siswanya. Karena itulah sebenarnya hakikat pendidikan Islam yang paling sejati. Adapun yang lainnya, hanyalah sebatas supplemen semata, yang bisa dipelajari dan dikembangkan sendiri oleh para siswa bersama-sama dengan orangtua.
Siapapun orangtua, pasti akan berbahagia penuh sukacita, bila melihat putera-puteri tercintanya, menjadi muslim yang ta’at, berakidah kuat, cerdas, pandai membaca Al Qur’an, rajin beribadah, dan kelak saatnya nanti di akhirat, menghantarkan orangtua dan keluarganya untuk berkumpul bersama dalam rengkuhan ridlo dan surga Nya. Subhanallah ... .
Pengumuman
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Tarbiyatun Nisaa Bogor, Sekolah berbasis karakter, kesadaran Lingkungan dan Akhlak Islami. Membuka kembali pendaftaran siswa/siswi baru T.A. 2015/2016, untuk tingkat: RA/TKQ-SDIT-SMP-TKQ/TPQ. Dibuka sejak bulan Pebruari s/d Juni 2015. Dan menerima pendaftaran mahasiswi baru program 1 tahun terampil PGTKA (Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Al Qur'an. Pendaftaran dibuka s/d Awal Juni 2015, Kuliah dimulai Awal Juli 2015.
Nah kitu atuh posting deui. Ayo semangat. Maju terus Tarbiyatun Nisaa!!!
BalasHapusBener lurrr...karak sempet deui yeuhhh...maklum pabaliut diudag-udag ku pangab (Pangabutuh)...Ngarana orang penuh bakat (Bakating kubutuh)...
BalasHapus