Sungguh kisah yang sangat menarik. Walau sudah banyak postingan sejenis, namun tidak ada salahnya untuk dimuat ulang. Di tengah aura negatif yang kini sedang berkembang subur, rasa dendam, iri hati, kasak-kusuk, saling jegal saling hantam, saling membuka aib sesama, rasa hasud, namimah, ghibah, gossip dan perilaku tidak terpuji lainnya. Kisah sederhana ini, mudah-mudahan bisa menjadi oase penyejuk hati, semoga....
Alkisah diriwayatkan, suatu hari tatkala Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk dan berbincang-bincang di mesjid bersama para sahabatnya, tiba-tiba Nabi SAW bersabda, “Sebentar lagi, seorang calon penghuni surga akan datang kemari.”
Mendengar ucapan Rasulullah SAW tersebut, semua pandangan dari para sahabat tertuju ke pintu masjid. Mereka menduga, penghuni surga itu pasti seseorang yang luar biasa.
Tidak lama kemudian, masuklah ke dalam masjid seseorang yang wajahnya masih basah dengan air wudhu, sambil menjinjing alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu, sehingga Rasulullah SAW menjamin masuk surga? Anehnya, tidak seorang pun dari sahabat Nabi SAW yang mau bertanya, walaupun sebenarnya mereka ingin mengetahui jawabannya.
Keesokan harinya, yaitu hari kedua dan hari ketiga, kejadian seperti di atas berulang kembali. Pada hari kedua dan ketiga Nabi SAW tetap bersabda bahwa orang itu adalah calon penghuni surga.
Abdullah ibnu Umar (sahabat Nabi SAW) merasa penasaran. Beliau ingin melihat langsung apa yang dilakukan oleh calon penghuni surga itu sehari-harinya. Abdullah ibnu Umar mendatangi rumah calon penghuni surga itu, dengan menyampaikan alasan-alasan tertentu, beliaupun minta izin untuk tinggal di rumah orang itu selama tiga hari tiga malam.
Selama waktu itu, Abdullah ibnu Umar memperhatikan, mengamati bahkan mengintip ibadah apa saja yang diperbuat oleh calon penghuni surga itu. Memang ibadah wajib selalu dikerjakan oleh penghuni surga itu, namun Abdullah tidak menemukan ibadah khusus yang dilakukan, seperti shalat malam atau shaum sunah dan amalan khusus lainnya. Hanya saja, kalau ia terbangun dari tidurnya terdengar ia menyebut nama Allah (zikir) di tempat tidurnya, tetapi itu hanya sejenak saja, dan tidur pun berlanjut.
Siang hari, si penghuni surga itu, seperti biasa bekerja dengan tekun. Ia ke pasar, sebagaimana halnya orang lainnya yang pergi ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau aku tidak sempat melihatnya apa yang dilakukan penghuni surga itu. Aku harus berterus terang kepadanya.” Demikian ucapan Abdullah ibnu Umar dalam hatinya.
Alkisah diriwayatkan, suatu hari tatkala Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk dan berbincang-bincang di mesjid bersama para sahabatnya, tiba-tiba Nabi SAW bersabda, “Sebentar lagi, seorang calon penghuni surga akan datang kemari.”
Mendengar ucapan Rasulullah SAW tersebut, semua pandangan dari para sahabat tertuju ke pintu masjid. Mereka menduga, penghuni surga itu pasti seseorang yang luar biasa.
Tidak lama kemudian, masuklah ke dalam masjid seseorang yang wajahnya masih basah dengan air wudhu, sambil menjinjing alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu, sehingga Rasulullah SAW menjamin masuk surga? Anehnya, tidak seorang pun dari sahabat Nabi SAW yang mau bertanya, walaupun sebenarnya mereka ingin mengetahui jawabannya.
Keesokan harinya, yaitu hari kedua dan hari ketiga, kejadian seperti di atas berulang kembali. Pada hari kedua dan ketiga Nabi SAW tetap bersabda bahwa orang itu adalah calon penghuni surga.
Abdullah ibnu Umar (sahabat Nabi SAW) merasa penasaran. Beliau ingin melihat langsung apa yang dilakukan oleh calon penghuni surga itu sehari-harinya. Abdullah ibnu Umar mendatangi rumah calon penghuni surga itu, dengan menyampaikan alasan-alasan tertentu, beliaupun minta izin untuk tinggal di rumah orang itu selama tiga hari tiga malam.
Selama waktu itu, Abdullah ibnu Umar memperhatikan, mengamati bahkan mengintip ibadah apa saja yang diperbuat oleh calon penghuni surga itu. Memang ibadah wajib selalu dikerjakan oleh penghuni surga itu, namun Abdullah tidak menemukan ibadah khusus yang dilakukan, seperti shalat malam atau shaum sunah dan amalan khusus lainnya. Hanya saja, kalau ia terbangun dari tidurnya terdengar ia menyebut nama Allah (zikir) di tempat tidurnya, tetapi itu hanya sejenak saja, dan tidur pun berlanjut.
Siang hari, si penghuni surga itu, seperti biasa bekerja dengan tekun. Ia ke pasar, sebagaimana halnya orang lainnya yang pergi ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau aku tidak sempat melihatnya apa yang dilakukan penghuni surga itu. Aku harus berterus terang kepadanya.” Demikian ucapan Abdullah ibnu Umar dalam hatinya.
Akhirnya, Abdullahpun berkata terus terang tentang maksud dan tujuannya bermalam 3 hari 3 malam di rumahnya.
“Apakah yang Anda perbuat sehingga Anda mendapat jaminan surga?” tanya Abdullah.
“Apa yang Anda lihat itulah,” jawab penghuni surga.
Dengan kecewa Abdullah ibnu Umar bermaksud kembali saja ke rumahnya, tetapi tangannya tiba-tiba dipegang oleh si penghuni surga seraya berkata, “Apa yang Anda lihat itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi yaitu, saya tidak pernah merasa iri terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Tuhan, malah saya bersyukur dan ikut merasa berbahagia. Tidak pernah pula terbersit dalam hati saya, untuk melakukan penipuan dalam segala kegiatan saya.”
Dengan menundukkan kepala, Abdullah meninggalkan si penghuni surga sambil berkata, “Rupanya, yang demikian itulah yang menjadikan Anda mendapat jaminan surga.”
'Ibroh 'Indal Qishoh
Contoh salah satu bentuk perilaku terpuji (akhlakul karimah). Kebersihan hati, sikap damai dengan diri sendiri, rasa syukur, jauh dari sifat iri dan dengki, hasud, namimah, ghibah dan bentuk-bentuk dorongan hawa nafsu negatif lainnya. Yang sebenarnya, setiap orang bisa melakukannya. Namun terkadang, godaan dan dorongan hawa nafsu membuat hati kita, merasa sulit dan tidak bisa melakukannya.
Disadur dari buku Lentera Hati, karya M. Quraish Shihab
“Apakah yang Anda perbuat sehingga Anda mendapat jaminan surga?” tanya Abdullah.
“Apa yang Anda lihat itulah,” jawab penghuni surga.
Dengan kecewa Abdullah ibnu Umar bermaksud kembali saja ke rumahnya, tetapi tangannya tiba-tiba dipegang oleh si penghuni surga seraya berkata, “Apa yang Anda lihat itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi yaitu, saya tidak pernah merasa iri terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Tuhan, malah saya bersyukur dan ikut merasa berbahagia. Tidak pernah pula terbersit dalam hati saya, untuk melakukan penipuan dalam segala kegiatan saya.”
Dengan menundukkan kepala, Abdullah meninggalkan si penghuni surga sambil berkata, “Rupanya, yang demikian itulah yang menjadikan Anda mendapat jaminan surga.”
'Ibroh 'Indal Qishoh
Contoh salah satu bentuk perilaku terpuji (akhlakul karimah). Kebersihan hati, sikap damai dengan diri sendiri, rasa syukur, jauh dari sifat iri dan dengki, hasud, namimah, ghibah dan bentuk-bentuk dorongan hawa nafsu negatif lainnya. Yang sebenarnya, setiap orang bisa melakukannya. Namun terkadang, godaan dan dorongan hawa nafsu membuat hati kita, merasa sulit dan tidak bisa melakukannya.
Disadur dari buku Lentera Hati, karya M. Quraish Shihab
terima kasih kawan atas pencerahanya...
BalasHapusmenambah keimanan kita...
sama kang Entis, penyadaran dan pencerahan diri, sepertinya harus terus kita perbaharui yang kang, maklum zaman sudah banyak yg abnormal....
BalasHapus