Sebuah kisah yang sangat menarik, walaupun mungkin sudah banyak postingan sejenis, namun tidak ada salahnya untuk direfresh kembali, mudah-mudahan menjadi inspirasi ruhani, agar kita selalu berendah hati dan dijauhkan dari rasa sombong diri.
Alkisah, ada dua orang kakak beradik yatim piatu, yang tinggal dalam sebuah rumah tua peninggalan satu-satunya dari orang tua meraka yang telah meninggal dunia. Mereka tinggal sendiri, tanpa terdapat sanak kerabat yang menemani. Mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menginjak usia dewasa, sang kakak merasa perlu memiliki pekerjaan yang lebih layak, seiring pemenuhan kebutuhan yang semakin banyak. Ia pun memanjatkan doa kepada sang Kuasa, memohon agar ia mendapatkan pekerjaan yang layak. Selang beberapa waktu telah berlalu, ia pun mendapatkan pekerjaan sebagaimana do’a yang telah ia panjatkan pada sang Kuasa. Kehidupannya bersama sang adik kini mulai lebih tertata.
Tibalah masanya ia ingin memiliki istri. Ia pun memanjatkan do’a kepada sang Kuasa agar ia mendapatkan seorang istri yang ia idam-idamkan. Allah pun mengabulkan do’anya, ia mendapatkan istri yang sholehah. Waktu terus berlalu hingga kini sang kakak telah memiliki dua orang anak. Ia merasa perlu memiliki rumah sendiri, bersama istri dan anak-anaknya. Ia pun melakukan hal yang sama, Ia memanjatkan do’a pada sang Kuasa agar ia mampu membeli rumah sebagai tempat tinggal bersama keluarga kecilnya, dan Allah pun mengabulkan do’anya kembali, ia mendapatkan rejeki lebih sehingga ia mampu membeli sebuah rumah. Kini ia tinggal bersama istri dan kedua anaknya di rumah baru. Tinggallah sang adik seorang diri menempati rumah tua peninggalan orang tuanya.
Di tempat tinggalnya yang baru, sang kakak dan keluarga kecilnya hidup serba kecukupan. Hingga suatu hari, ia ingin memiliki sebuah mobil untuk memudahkannya dalam bekerja. Ia pun memanjatkan do’a kepada sang Kuasa, memohon agar mampu membeli mobil. Subhanallah...lagi-lagi Allah mengabulkan do’anya, ia kini telah membeli sebuah mobil baru.
Suatu hari, dalam sebuah renungannya, sang kakak teringat kepada sang adik, ia merasa begitu bodoh karena telah meninggalkannya sendiri. Kemudian timbullah berbagai pertanyaan dalam benak sang kakak, “mengapa kehidupan sang adik masih belum berubah, adakah ia telah melakukan dosa besar, sehingga Allah menahan rezekinya?”. Keesokan harinya, ia menjenguk sang adik, ia memberikan banyak saran kepadanya, agar ia lebih banyak mengingat Allah dan memohon ampunan kepadaNYA agar dimudahkan segala urusannya dan dimudahkan dalam rejekinya. Sang adik hanya terdiam, sambil mengangguk-angguk tanda mengerti dan mau menerima.
Selang beberapa waktu kemudian, karena lama mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh, akhirnya sang adik meninggal dunia. Menjelang ajalnya, sang adik sempat berpesan kepada kakaknya, agar ia membersihkan rumah peninggalan orang tuanya dan menjadikannya sebagai masjid. Sang kakak pun menyanggupinya. Disaat sang kakak mebersihkan rumah tersebut, didalam sebuah lemari tua, ia menemukan selembar kertas usang, yang mana didalamnya bertuliskan do’a sang adik semasa hidupnya, dalam kertas tersebut sang kakak membaca “Ya Allah, kabulkanlah do’a-do’a kakakku, yang selama ini telah ia panjatkan kepadaMu”
Itulah isi dari secarik kertas sang adik yang selalu dibawanya dalam doa. Sang kakak merasa sangat terharu, dan berfikir bahwasanya doa yang selama ini terkabul adalah doa sang adik yang selalu ia panjatkan dalam setiap malam. Sang kakak merasa malu, atas kesombongannya selama ini, ia beranggapan bahwa doanya adalah yang paling dikabulkan oleh Allah SWT.
'Ibroh 'Indal Qishoh
Sepenggal kisah di atas, semoga menjadi bahan renungan bagi kita, bahwa ternyata, disadari atau tidak, selalu terdapat keikutsertaan orang lain dalam setiap kesuksesan yang kita dapatkan. Dalam bentuk apapun keikutsertaan tersebut, ia telah mampu membawa perubahan yang terjadi pada diri kita. Maka marilah kita meminimalisir berburuk sangka pada orang lain, karena bisa jadi berasal dari do’a-do’a merekalah kesuksesan yang telah kita raih saat ini. Ketika do'a-do'a mereka hadir dalam hidup kita, bagaimana cara kita berterima kasih pada mereka? Mulai saat ini, marilah kita berendah hati dan saling mendoakan baik kepada saudara, teman atau siapapun, karena kita tidak tahu, mungkin doa orangtua, saudara, murid-murid kita, teman-teman, atau kerabat kita yang ditujukan untuk kitalah, yang membuat kita sukses seperti ini. Semoga bermanfaat...
Referensi: Dari berbagai sumber online
Pengumuman
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Tarbiyatun Nisaa Bogor, Sekolah berbasis karakter, kesadaran Lingkungan dan Akhlak Islami. Membuka kembali pendaftaran siswa/siswi baru T.A. 2015/2016, untuk tingkat: RA/TKQ-SDIT-SMP-TKQ/TPQ. Dibuka sejak bulan Pebruari s/d Juni 2015. Dan menerima pendaftaran mahasiswi baru program 1 tahun terampil PGTKA (Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Al Qur'an. Pendaftaran dibuka s/d Awal Juni 2015, Kuliah dimulai Awal Juli 2015.
Subhanallah, ternyata jangan anggap enteng doa, apalagi doa kedua orangtua, kepada siapapun kita berbagi doa, terutama doa anak2 yatim dan tidak mampu yang pernah kita bantu....
BalasHapusBarokallaahu fyk
BalasHapus