HINANYA NASIB PENGKHIANAT
Walaupun sudah banyak diposting, namun tidak ada salahnya, peristiwa ini diangkat kembali. Untuk sekedar mengingatkan, bahwa sisa-sisa dendam itu, tetap akan ada dan abadi. Itulah dia, Perang Salib.
Peristiwa Perang Salib yang terjadi antara
pasukan muslimin dengan Pasukan Nasrani, merupakan sejarah kelam, yang tidak bisa dilupakan, dan tidak bisa dihapus dari sejarah perjalanan kehidupan Umat Islam dan Umat Nasrani. Bayangkan 400 tahun lamanya, atau lebih kurang 4 abad, perseturuan dan peperangan itu terjadi.
Kisah ini terjadi pada saat berkecamuknya Perang antara pasukan muslimin, yang saat itu, Pasukan Muslim dipimpin
oleh Shalahudin al Ayyubi, sedangkan Pasukan Nasrani dipimpin oleh Richardbergelar Si Hati Singa.
Dalam suatu
penyerbuan yang licik, beberapa orang tentara Islam terjebak. Semuanya terbunuh, terkecuali tiga orang. Mereka ditangkap dan dihadapkan kepada
pangeran Richard. "kalian
akan dihukum mati!" teriak pangeran Richard.
Ketiga
tentara islam itu hanya diam, sepertinya tak gentar menghadapi gertakan itu.
Dua
diantara mereka berusia separuh umur, sedangkan seorang lagi masih kelihatan sangat muda.
"Tinggal pilih, kalian ingin mati dengan cara bagaimana? Digantung, disalib,
atau dipancung!" gertak Pangeran Richard.
Kedua
tentara Islam yang berusia sedikit tua itu akhirnya menjadi ketakutan mendengar
ancaman hukuman yang nampaknya tidak main-main. Wajah mereka seketika terlihat pucat pasi,
tubuhnya gemetar dan lunglai bertumpu di atas lututnya. sedangkan seorang lagi
yang masih muda tampak tenang.
"Namun
semuanya bisa diatur," lanjut
Pangeran Richard. "Masih ada jalan untuk selamat bagi diri kalian. Kalian akan kubebaskan dan kuberi kesenangan
serta harta kekayaan, tapi dengan syarat,
kalian harus memeluk agama kami dan menjadi mata-mata tentara kami!"
"Hai
anak muda," teriak Pangeran Richard kepada tentara Islam yang masih muda
itu. "Bagaimana dengan dirimu? Ikut kehendak kami, dengan imbalan kesenangan dan
kekayaan, atau memilih mati?" Pemuda yang tangannya terbelenggu erat hanya
menatap Pangeran Nasrani itu dan mulutnya mengucap, " Allahu Akbar!!!". Sikap anak muda
itu membuat Pangeran Richard murka. Iapun berteriak memanggil algojonya.
"Bangsat!!!
Algojo!!! Seret dia keluar dan cincang
tubuhnya!"
Algojo
yang tubuhnya tinggi besar, dengan kasar
menyeret tubuh pemuda yang tak berdaya itu keluar. Dimasukkan tubuh pemuda itu ke dalam sebuah
tong kayu yang bagian dalamnya dipasangi paku-paku tajam. Tong itu ditutup
rapat-rapat, kemudian digulingkan dari atas bukit. Kedua kawannya disuruh
menyaksikan jalannya hukuman mati itu.
Ketika
tong yang berisi pemuda itu sampai di dasar bukit, lalu dibuka, kedua kawannya
memekik ngeri melihat keadaan anak muda itu. Seluruh tubuhnya bersimbah darah
dengan luka bagai tercincang dicabik-cabik.
"Sudah
kau lihat nasib kawanmu itu?" tanya Richard ketika kedua tentara Islam itu
dihadapkan kepada dirinya. "Kau
ingin nasib seperti dia atau memilih kehidupan yang mulia?"
"Saya
ingin hidup mulia," jawab seorang diantara kedua tentara Islam yang
sedikit lebih tua.
"Bagus!
Jadi kau mau menuruti permintaanku? Mau menjadi mata-mata kami?"
"Tidak!"
"Lho?!
Lalu apa maksudmu?" teriak Pangeran Richard.
"Aku
ingin hidup mulia di sisi Allah….. Allahu
Akbar!!!"
"Tua
bangka kurang ajar! Kau lihat saja nanti!" Ejek Pangeran Richard dengan mata berapi-api.
"Dan kau, yang satunya lagi. Bagaimana
dengan keputusanmu?"
Tentara
Islam yang satunya, yang berumur agak muda, dengan gemetar dan badannya
membungkuk-bungkuk ketakutan maju ke depan.
"Saya.....
saya mohon ampun, Tuanku. Saya..... saya akan menuruti kehendak
Tuanku...."
"Hahaha....
Bagus, bagus...." Richard si Hati Singa tertawa seraya memilin-milin
kumisnya. "Artinya kau mau memeluk agama kami dan menjadi mata-mata
tentara kami?"
“Benar,
Tuanku. Saya sebetulnya memeluk agama Islam
hanya ikut-ikutan saja. Sayapun berperang membela Islam juga karena
dipaksa!"
"Betul
demikian?"
"Betul,
Tuanku."
Hati
Pangeran Richard sangat girang mendengar jawaban itu. Kemudian ia berteriak;
"Hai,
pengawal! Beri dia pakaian yang bagus dan mulai sekarang ia kuangkat menjadi
mata-mata kita."
Pengawal
itu maju ke depan. "Ampun, Pangeran. Sebelum dia diangkat menjadi bagian dari
tentara kita, apakah tidak lebih baik
kita uji kesetiaannya?"
"Apa
maksudmu?"
"Dia
harus kita uji dulu. Berani tidak dia bunuh kawannya sendiri. Agar benar-benar
setia pada kita."
"Hamba
bersedia, Tuanku. Hamba bersedia
melakukannya!" Kata tentara Islam yang berkhianat itu.
Maka
pengawal itu membuka pengikatnya dan memberinya sebilah pedang. Dengan mata menjijikkan, pengkhianat itu
mengambil pedang yang disodorkan kepadanya. dan dengan cepat dihunjamkan ke
perut kawannya sendiri, Berkali-kali dan
bertubi-tubi. Hingga gugurlah temannya itu dengan memekik, "Allahu Akbar! Allahu Akbar!"
Pengkhianat
itu kemudian maju ke depan sambil tertawa sinis. "Percayakah tuanku sekarang? Hamba kini menyatakan diri untuk menjadi
pengikut Tuan."
Richard
si hati singa mengangguk-angguk, kemudian tertawa puas.
"Pengawal
ajak dia ke tempat perjamuan dan perlakukan dia dengan baik."
"Sebentar,
Tuanku," sahut pengawal itu. "Tidak sepatutnya orang ini diberi
penghormatan seperti itu."
Pengkhianat
itu menjadi kaget mendengar ucapan itu.
"Apa
maksudmu?" tanya Pangeran Richard. "Bukankah dia telah melakukan
tugasnya dengan baik?"
"Justru
karena itulah kita harus berhati-hati, Tuanku," jawab pengawal itu. "Terhadap
kawannya sendiri yang telah bergaul cukup lama, dia tega berbuat kejam, apalagi
terhadap kita yang baru dikenalnya. Hamba yakin suatu ketika, dia pun pasti
akan mengkhianati kita."
Mendengar
penjelasan pengawal itu, Pangeran Richard mengkerutkan alisnya, lalu mengangguk-angguk.
"Ampun,
tuanku. Hamba sekali-kali tidak akan berani melakukan itu..." Ratap si pengkhianat
itu.
"Tuanku,
Pangeran..." Kata pengawal itu lagi. "Sifat khianat adalah sifat
terlaknat. Kalau suatu hari dia melarikan diri dan membeberkan semua keadaan
serta pertahanan kita kepada tentara Islam, apakah kita tidak akan hancur?"
"Lalu
apa yang harus kita lakukan terhadap orang ini?" Tanya Pangeran Richard.
"Hukum
dia dengan kejam, melebihi kematian kedua sahabatnya yang ksatria itu."
"Algojo!"
Teriak Pangeran Richard. "masukkan pengkhianat ini ke dalam kandang
singa!"
Dengan
meraung-raung minta ampun, pengkhianat itupun diseret ke kandang singa. Terdengar ratapan,
rintihan dan tangisan si pengkhianat untuk minta diampuni.
Tapi Pangeran Richard tak memperdulikannya. Tak lama kemudian terdengar raungan singa lapar yang diiringi jeritan memilukan. Tubuh pengkhianat itupun dicabik-cabik oleh singa yang lapar dan bengis. Sungguh sengsara dan terhina dia di dunia dan sengsara pula di akhirat."
Tapi Pangeran Richard tak memperdulikannya. Tak lama kemudian terdengar raungan singa lapar yang diiringi jeritan memilukan. Tubuh pengkhianat itupun dicabik-cabik oleh singa yang lapar dan bengis. Sungguh sengsara dan terhina dia di dunia dan sengsara pula di akhirat."
Referensi: Dari berbagai sumber online
0 komentar
Posting Komentar