LIVE IS SHORT
Live is short, hidup ini terlalu
singkat. Bila dihitung secara bumi, dunia atau alam fana, kelihatannya, hidup
manusia itu lama. Namun, kalau dihitung secara ruhani, metafisis atau langit,
hidup yang jalani manusia, hakikatnya sebentar.
Banyak sekali penjelasan di dalam Al Qur’an berkaitan perbedaan antara
waktu dunia dengan waktu akhirat.
"Dan sesungguhnya satu hari (menurut perhitungan) Allahh Tuhanmu adalah seperti 1000 tahun menurut perkiraanmu." (Al-Hajj ayat 47)
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (As-Sajdah ayat 5)
Berdasarkan 2 ayat diatas, mari kita perkirakan perbandingan hari antara dunia dengan akhirat menggunakan hitungan matematika sederhana.
- 1 hari di akhirat = 1.000 tahun di dunia
- 1 tahun di dunia = 365 hari
- 1 hari di akhirat = 365 x 1000 = 365.000 hari
Coba kita misalkan, jika 1 hari di akhirat juga ada 24 jam seperti di dunia.
- 1 hari di akhirat = 1.000 tahun di dunia
- 1 hari di dunia = 24 jam
- 1 jam di akhirat = 1000/24 = 41,7 tahun
Usia harapan hidup umat Nabi Muhammad adalah kurang lebih 60 tahun.
maka jika kita bandingkan waktu hidup di dunia dengan kehidupan akhirat.
- 1 jam di akhirat = 41,7 tahun
- 60 tahun/41,7 tahun = 1,4 jam
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya negeri akhirat itu adalah terlebih baik bagi orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Al-An’am ayat 32)
Oleh karenanya, alangkah ruginya
manusia, kalau hidup di dunia, tidak memiliki arti, tidak diisi dengan amal
kebaikan, prestasi hidup, berbagi, bermanfaat dan bermakna bagi sesamanya. Sebuah
kesia-siaan, kalau hanya diisi dengan amalan-amalan tak berarti, apalagi
dipenuhi dengan maksiat, sombong, takabur, kafir, dholim, mengingkari
kebenaran, dan menganggap berita-berita tentang kebenaran Al Qur’an, adanya
akhirat, surga, neraka, hisaban, adalah kebohongan semata-mata. Karena, pasti
mereka akan mengalaminya.
Apapun, dimanapun, bagaimanapun
dan siapapun, pasti kematian adalah akhir kehidupannya. Oleh karenanya, kalau
kematian adalah ujung kehidupan, maka tidak ada alasan untuk menjadikan hidup
dipenuhi dengan main-main, iseng-iseng, asal-asalan atau sekedarnya saja,
melainkan hidup yang harus lebih bermakna, bermanfaat, berguna dan memperbanyak
investasi amal ukhrowiyah, yang memang akan jadi andalan dan bekal hakiki saat
kita menghadap ke haribaan Ilahi.
Sungguh merugilah orang yang menganggap, bahwa hidup di dunia hanyalah
main-main dan tidak serius. Karena kematian, akhirat dengan segala ragam
isinya, akan dimasuki dan dijelang oleh manusia, dan itu sudah pasti, tidak
bisa diingkari oleh siapapun.
Mumpung Allah SWT masih memberi peluang dan kesempatan, yaitu hidup di dunia, saat ini, di sini, maka isilah
dengan ragam amal kebaikan, yang akan menjadi investasi dan bekal di hari
kemudian. Tidak ada kesempatan kedua, karena, tidak ada lagi kehidupan yang
akan dikembalikan ke dunia ini, semua berproses menuju keabadian di akhirat
sana. Sungguh malang, orang yang menganggap, bahwa akhirat hanyalah cerita,
isapan jempol belaka, khayalan orang-orang yang tersingkir, tak berdaya, tak bisa
menikmati dunia sepenuhnya. Pepatah mengatakan, bagi orang hidup, dunia ini
nyata, dan akhirat hanyalah cerita. Namun bagi orang yang sudah mati, Akhirat
adalah nyata, dan dunia hanyalah tinggal cerita.
Bila kematian sudah datang,
tak ada lagi kesempatan, penyesalanpun menjadi tak ada artinya, bahkan
penyesalan tiada tara tak berujung tak berakhir. Jangankan orang jahat penuh
maksiat, orang shaleh, baek, syuhada, muttaqien, merekapun akan menyesal,
kenapa mereka tidak maksimal dalam berbuat kebaikan. Mereka yang baik saja
menyesal, apalagi yang tidak ada prestasi kebaikan sedikitpun saat dia hidup di
dunia. So, sadarlah, sebelum semuanya berakhir………..
referensi
dari berbagai sumber online
0 komentar
Posting Komentar